Selamat SH Nung!

by - Maret 24, 2020


Kemarin, Senin tanggal 23 Maret jam sembilan pagi lewat enam menit, saya digemparkan dengan pesan singkat si Sunan Endar di grup WhatsApp "Pengurus Justisia" yang mengatakan bahwa Mas Inung sudah resmi jadi SH (Sarjana Hukum).

Sontak saja kawan-kawan Mafia Aksara heboh, banyak dari mereka membagikan rasa senangnya serta ucapan selamat kepada si Dores (begitulah saya memanggilnya) melalui story WhatsApp.

Saya? Jangan tanya, saya kan punya Pade Pade Maca. Tulis kisah Mas Inung di blog? Kenapa enggak? Perlu diketahui, bahwa Mas Inung-lah yang selama ini memberikan edukasi kepada saya tentang dunia kepenulisan kreatif. Juga selalu menemani dan memberikan semangat kepada saya agar bisa lebih produktif lagi.

Bahkan, ketika awal masuk Justisia, saya sering disebut-sebut sebagai adik Mas Inung. Maklum, kita sama-sama bagian dari Madura Empirehahaha.

Mas Inung dan Kedekatannya dengan Lera Leri

Siapa itu Lera dan Leri? Mungkin ada yang bertanya seperti itu, mungkin. Tapi saya akan jelaskan siapa Lera dan Leri itu di artikel yang berbeda.

Seperti saya sebut sebelumnya di artikel "Namaku Aneh (?)!!" yang mengatakan bahwa orang Bawean-Madura sering masalbut nama. Iya, Mas Inung adalah salah satu korbannya.

Kalau saya dari Zakariyah menjadi Jejek, sedangkan Mas Inung memiliki nama lengkap yang bagus, Hasan Ainul Yaqin. Ainul menjadi Inung, memang orang Madura terlalu gheogehahaha.

Baca juga: Namaku Aneh (?)!!

Mas Ainul, eh maaf, maksudnya Mas Inung adalah pendamping teman Mafia Aksara ketika masih menjadi kru magang Justisia bersama Mbak Salwa dan Mbak Dera yang merupakan tim ELSA Justisia.

Terkhusus Mas Inung yang paling dekat dengan kami sangat perhatian dan begitu hebat dalam mengkader. Mulai dari diskusi, saran bacaan buku, tautan berita dan tulisan bagus, bahkan sampai urusan cinta Mas Inung selalu siap. The best lah Nung!

Saat diskusi, Mas Inung enak untuk diajak bercanda, namun tetap serius. Dan Mas Inung tetap santai walaupun di-bully habis-habisan. Salah satu kata-katanya yang paling khas adalah "Ini menarik sekali!". Dan terkadang kata-kata itu yang sering jadi bulan-bulanan, wkwkwkwk.

Saat nongkrong nyeruput kopi santai, atau terkadang saat saya dan kawan Mafia Aksara duduk diskusi santai, Mas Inung sering menyodorkan rekomendasi buku, tidak jarang juga sering meminjamkan buku rekomendasi buku tersebut.

Tautan berita atau tulisan bagus sering masuk ke chat WhatsApp saya tiba-tiba. Seperti biasa, Mas Inung yang mengirimnya, kemudian dilanjut dengan diskusi via chat, tidak jarang kami bersitegang karena perbedaan pendapat.

Terima kasih pak prof! Oh iya, Mas Inung dapat panggilan profesor lho di kampus. Jadi dari kami-kami semua anak Mafia Aksara sering memanggilnya Prof. Inung Dores.

Untuk urusan percintaan, jangan ditanya. Sering sekali saya curhat kepada Mas Inung, begitu sebaliknya. Dan uniknya, kisah cinta kita sama, sama-sama tragis, jadi galau kan. Bahkan, sumber inspirasi saya dalam menulis cerpen Tsaqila di justisia.com adalah Mas Inung, walaupun tidak saya teruskan.

Saya yakin, bukan hanya saya saja yang diperlakukan seperti itu oleh Mas Inung, kawan-kawan lain yang dekat dengan Mas Inung juga diperlakukan sama.

Si Dores, Guru sekaligus Partner

Saya ikut PKD (Pelatihan Kader Dasar) PMII Komisariat UIN Walisongo di tahun 2019. Saya merasa benar-benar keren pada saat itu, hampir segala ilmu dan pengalaman saya pahami, apalagi pertanyaan-pertanyaan saat materi, saya jawab semua, bahkan mendebat pemateri, namun tidak sampai menjatuhkan pemateri.

Sampai-sampai anak fakultas lain mengatakan kalau aku adalah kandidat kuat AL PKD, ketawa saya. Bagi yang belum tahu apa itu AL PKD, tidak usah tahu saja sekalian.

Saya buka modul, tercantum jelas nama Hasan Ainul Yaqin disitu. Maklum Mas Inung memiliki jabatan kuat di PMII Komisariat UIN Walisongo, entah apa itu jabatannya. Saya bangga lah, seorang partner dan guru saya menjadi penyumbang terbesar tulisan di modul tersebut.

Kemudian banyak dari kawan saya yang beda fakultas bertanya "Kok kamu bisa paham banyak tentang ini-itu Bang Jek?" Kemudian saya giring Mas Inung ke depan teman-temanku seraya menunjuk Mas Inung yang sedang membawa tas yang entah isinya apa, saya menjawab "Ini guru sekaligus abang saya!"

Jika ditelisik lebih dalam, mungkin tanpa Mas Inung, saya mungkin tidak bisa apa-apa karena kuliah ya gitu-gitu saja. Atau mungkin, tanpa jasa Sang Prof. Inung Dores, blog ini tidak akan pernah ada.

Semua Akan Usai

Mas Inung menyelesaikan ujian munaqosah online melalui video virtual online. Maklum, karena Covid-19, semua jadi serba online. Entah, apakah Mas Inung wisuda dalam waktu dekat, atau bahkan wisuda online juga. Masa iya wisuda online? Kan jadi aneh.

Cerita di atas haya sekelumit tentang kisah saya dengan Mas Inung yang akan segara pulang kampung ke Bondowoso untuk memperbaiki segala hal yang perlu dibenahi di sana. Masih sangat banyak sebenarnya kisah-kisah yang tidak saya muat hanya untuk satu judul artikel.

Selesai sudah kisah yang hampir 2 tahun itu dalam kebersamaan itu. Ini hanya tulisan yang mewakili perasaan saya, bukan semua kawan Mafia Aksara yang lain karena memiliki kisahnya masing-masing dan dengan versi yang berbeda.

"Langkong Nung! Engkok benyak salah ka be'en. Lagghik sal pade sukses, engkok ngajheka kakeh ngakan ka ongghun se paleng nyaman sa dhunya"

Selamat Nung! Terima kasih untuk semuanya. Kami tidak akan melupakan jasamu.

Intinya satu, saya atau bahkan mungkin kami para Lera dan Leri ingin menuntaskan sejarah ini dengan setidaknya kopdar terakhir bersama Mas Inung sebelum Mas Inung berjuang di timur Jawa sebelah selatan.

You May Also Like

0 komentar

Pages